SEBAIK-BAIK UZLAH ADALAH DITENGAH TENGAH KERAMAIAN, BUKAN DALAM KESENDIRIAN (Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra.)



SEBAIK-BAIK UZLAH ADALAH DITENGAH TENGAH KERAMAIAN, BUKAN DALAM KESENDIRIAN
(Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra.)

Uzlah adalah keluar dari pergaulan makhluk dan kemudian mengasingkan diri dan memutuskan hubungan. Adapun hakikat memutuskan hubungan disini adalah memutuskan hubungan dari makhluk dan kemudian menyambungkan diri kepada yang Maha Pencipta, dengan menggunakan hati dan menuju kepada-Nya.

Oleh karena itu, perjalanan ini bukan lah perjalanan kaki menuju goa-goa , sebagaimana yg dilakukan nabi Muhammad saw, pada masa jahiliyyah ; dan juga bukan sebagaimana yang dilakukan oleh para ashhabul kahfi.

Sebagaimana Rasulullah saw menyatakan :
“ Orang mukmin yang bergaul diantara manusia dan dia bersabar terhadap tindakan bahaya mereka, itu lebih baik disisi Allah daripada orang yg bergaul diantara manusia dan dia tidak bersabar terhadap tindakan bahaya mereka.”

Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul Arifin ra, berkata :
“ Sebaik-baik mengasingkan diri adalah di tengah-tengah keramaian manusia, bukan dalam kesendirian.Bagaikan ikan di air asin ditengah Samudra, walau sekelilingnya asin, namun sedikitpun ia tidak keasinan karenanya.”

Rasulullah saw bersabda :
Tiada kebaikan bagi siapa yang meninggalkan urusan dunianya untuk akhiratnya; dan tidak ada kebaikan bagi siapa yang meninggalkan akhiratnya hanya untuk dunianya, sehingga mengenai keduanya secara Bersama-sama”.

Hakikat Uzlah itu adalah meninggalkan seluruh sifat yang tercela. Oleh karena itu, dikatakan kepada seorang a’rif bahwa dia adalah orang yang ada dan jelas. Ada maksudnya adalah ada Bersama makhluk, jelas berada Bersama mereka, namun jauh dari mereka secara atau melalui rahasiahnya (sirr)

.

Abu Ali Ad-Daqqaq ra. Berkata:
“Aku memakai pakaian sebagaimana orang lain memakainya, makan makanan seperti seperti yang mereka makan. Namun aku menyendiri dari mereka dalam rahasia .”

Syekh Abdul Wahhab as-Sya’rani ra. Berkata :
“ Beradalah kamu di dunia dengan badan mu dan di akhirat dengan hatimu.”

Abu Usman al-Maghribi ra. Berkata:
“ Adalah Wajar bagi seorang yang ber Uzlah dari kesertaan Bersama sesamanya, supaya terbebas dari segala jenis pengingatan kecuali mengingat Tuhan-Nya.terbebas dari segala kecendrungan nafsunya,kecuali hanya ke inginan untuk mencari keridhoan Tuhan nya, dan terbebas dari tuntutan diri akan segala sebab duniawi. Apabila tidak demikian , maka tindakan nya berkhalwat hanya akan melemparkan nya kedalam cobaan atau malapetaka.”

Berkata tuan Syeh A’rif Billah yang menjadi wali quthb pada masanya, ketika beliau memperbarui Mesjid Khalwat Syekh Thalhah bin Thalabuddin Kalisapu Cirebon :
“ Hakikat Khalwat adalah dzikir jahr, karena sang dzakir saat melakukan dzikir jahr tersebut ia memejamkan kedua matanya, mengangkat suaranya.”

 Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.yang merupakan suri tauladan yg baik dari beliau untuk kita semua :
“ Berdzikir dengan kalimat laa ilaaha illallah adalah dengan memejamkan mata dan meninggikan suara saat berdzikir.”

Oleh karena itu, orang yang sedang berdzikir jahr itu bahwa dia sedang berkholwat dan mengasingkan diri uzlah yang sebenarnya.

wallahu 'alam...


Related Posts

Post a Comment