Apakah pemikiran Ulama Indonesia masih ada yang menyalahkan Dzikir berthoriqoh??


Apakah pemikiran Ulama Indonesia masih ada yang menyalahkan Dzikir berthoriqoh??

Secara umum dzikir terbagi dua :
1.       Dzikir untuk cari pahala : membaca Al-quran,tasbih,tahmid,tahlil,sholawat,hizb-hizb,dll.Hukum dzikir seperti ini Sunat.
2.       Dzikir untuk membersihkan Qolbu dari berbagai penyakitnya.Dzikir seperti ini hukumnya wajib.Berdasarkan Q.S AL-An’am ayat 120 yang artinya :
“ Dan tinggalkan lah dosa dzohir (yang nampak) dan dosa bathin (yang tersembunyi).sesungguhnya orang -orang yang mengerjakan dosa ,kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat)disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.”.
Dosa dzohir atau yang Nampak seumpama membunuh,zina,mencuri,ghasab,ghibah,dll.Adapun dosa bathin ,menurut syekh Amin Al Kurdi dalam tanwirul Qulub,biangnya ada 7 yaitu: Takabbur (sombong),Tamak,Syahwat (malas),Dengki,Marah,Kikir,dan Dendam.Dari ke 7 biang tersebut,penyakit/dosa qolbu bisa  berkembang menjadi ribuan bahkan jutaan dosa lain.
Lalu bagaimana cara mengobati penyakit/dosa qolbu tersebut?
Hadits baginda nabi yang diriwayatkan oleh imam At-Thabrani dari imam jabir yang artiny
“ Sesungguhnya bagi segala sesuatu ada alat pembersihnya,dan alat pembersih qolbu adalah Dzikir kepada Allah”.
Setelah kita tahu bahwa menjauhi dosa bathin /penyakit qalbu hukumnya wajib,alatnya sudah ada yaitu dzikir,apakah sudah cukup dengan alatnya saja? Belum saudaraku,tetapi harus memakai cara yang benar.anak kecil disuruh mencuci piring sama ibunya,alatnya (sabun dan spon) ada,tapi tidak diajarkan caranya bagaimana,kira-kira apakah piringnya akan bersih? Mungkin saja piring yang sudah dicuci masih ada bau amisnya,masih licin karena lemak tidak terangkat,atau bahkan piringnya malah pecah.”Mencuci” Qolbu juga walau sudah ada alatnya yaitu dzikir,tapi kalau belum tau caranya tidak akan berpengaruh banyak.”Cara” kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris menjadi methode,sedangkan kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Arab menjadi Thoriqoh. Maka Thoriqoh bisa diartikan sebagai metoda/cara berdzikir agar dapat membersihkan Qolbu. Alhasil menggunakan Thoriqoh dalam berdzikir itu hukumnya wajib.
Setelah anda mengamalkan Thoriqoh , apakah dzikir anda selalu khusyu? Saat dzikir “laailaaha illallah” apakah hatinya masih suka lupa kepada Allah ? bukankah terkadang muncul jengkel dan putus asa,mengapa hati ini susah khusyu?
Menurut Syekh ibn Athaillah ,jamganlah anda meninggalkan dzikir walaupun anda belum bisa khusyu , karena lupanya hatimu disertai jauh dari dzikir (lisan),itu lebih berbahaya daripada lupanya hatimu namun lisanya masih berdzikir.
Makanya orang-orang tarekat jauhilah ucapan seperti “ apaan itu subhanallah, itu dzikir umum, klau saya sudah punya dzikir khusus”,  Bahasa Sombong itu,belajarlah menghargai orang lain.
SUBHANALLAH DZIKIR AGUNG,  ALHAMDULILLAH DZIKIR AGUNG
ALLAHU AKBAR DZIKIR AGUNG, LAAILAAHAILLALLAH LEBIH AGUNG
Boleh jadi ada pergeseran dari yang tadi nya kita dzikir yang ada lupanya,kepada dzikir yang ada yaqdzohnya (melek),nanti dari dzikir yaqdzoh (banyak ingatnya) bergeser lagi menjadi dzikir Hudhur (hadir hati), sudah merasakan berhadapan dengan Allah ,dekatnya Allah, kebersamaan Allah, dari dzikir Hudhur naik lagi kepada dzikir ghaibah ( hilangnya semua selain Allah termasuk diri kita), bagaimana itu maksudnya? Hal-hal seperti ini tidak bisa dipikirkan oleh otak, harus diamalkan dan dirasakan.Tidak sulit bagi Allah meningkatkan Maqom Dzikir kita dari tahap ke tahap.


Related Posts

Post a Comment