Lathifah Manusia mempunyai 10 Lathifah dalam Jasadnya versi Mujaddid al-Imam al-Robbani

Post a Comment


latifah yaitu setiap isyarat yang memiliki indikasi makna yang dalam, yang bisa difahami tapi tidak bisa di ungkapkan. seperti ilmu tentang rasa ('ulumul adzwaq).

Lathifah manusia adalah jiwa yang berbicara (an-nafs an-nathiqoh) dimana orang sufi mengistilahkannya dengan hati. Lathifah ini benarnya menempatkan ruh ke martabat yang dekat dengan jiwa karena itu lathifah ini dihubungkan dengan jiwa (nafs) di satu sisi dan dengan ruh di sisi yang lain. Sisi yang pertama dinamakan dada (shodr), dan sisi yang kedua dinamakan fu 'ad.

Menurut temuan-temuan Mujaddid al-lmam al-Robbani dan pengikut-pengikutnya, mereka menyatakan bahwa seorang manusia mempunyai sepuluh lathifah (fakultas halus) dalam jasadnya. Lima di antaranya berkaitan dengan Alam al-Amr (alam perintah), dan yang lima Iagi berkenaan dengan Alam al-Kholiq (alam ciptaan). Lima yang pertama adalah lathifatul qolbi, ruh, sirr, khofa', dan lathifah akhfa Dan lima yang lainnya berkenaan dengan alam ciptaan adalah lathifatus nafs dan unsur-unsur yang empat; tanah, air, udara, dan api.

Menurut Mujaddid, alam perintah adalah dunia eksistensi yang diciptakan Alloh langsung melalui perintah-Nya kun atau jadilah. Sementara alam ciptaan adalah segala sesuatu yang diciptakan secara gradual melalui evolusi. Karena itu, yang dimaksud dengan daerah kemungkinan (da'irotul imkan) adalah kedua alam ini. Paruh bawah daerah ini adalah di bawah singgasana Alloh sampai kepada as-tsaro, dan paruh atasnya ada di atas singgasana Allah yaitu alam perintah.

Ketika Allah telah menciptakan bentuk jasmani manusia, Dia meletakkan atau menitipkan lathifah-lathifah amriyyah pada jasad manusia, yaitu pada tempat-tempat yang telah disebutkan dengan ketergantungan dan kerinduan kepada-Nya. Dan apabila perhatian Allah telah meliputi keadaan ruhani hamba-Nya, maka Dia akan menyampaikan hamba-Nya itu kepada-Nya melalui khidmat para wali-Nya, dimana para wali itu berikutnya memerintahkan hambaNya tersebut untuk riyadloh dan mujahadah, yang proses keduanya adalah berguna untuk membersihkan bathin dan menyucikannya, dan mengarahkan lathifah-lathifah tersebut kembali kepada tujuan asalnya, yaitu melalui proses keseimbangan antara dzikir dan pikir. Dalam menempuh jalan ini terdapat tiga kesibukan  yaitu:

Pertama, berdzikir kepada Allah, baik dengan ismuz Dzat atau pun nafyu itsbat.

Kedua, adalah muroqobah, yaitu keinginan untuk mendapatkan pancaran Ilahi dari sumbernya dan memperhatikan munculnya pancaran tersebut kembali kepada sumbernya. Dan ini merupakan bagian dari lathłfah' para salik. Lathifah ini disebut juga dengan sumber pancaran Ilahi (mawridul faydl).

Oleh karena itu, para salik hendaklah memperhatikan setiap tahapan muroqobah, dan juga memperhatikan tempat-tempat yang memungkinkan untuk memperoleh muroqobah ahadiyyah, yaitu seperti memperhatikan Žat yang terkumpul pada-Nya segala sifat kesempurnaan yang jauh dari sifat kekurangan, yaitu nama Tuhan Yang Penuh Berkah "Allah”. Maka hendaklah memperhatikan keluarnya pancaran tersebut dari Dzat Allah melalui lathifah qolb. Terkadang seorang salik dalam muroqobah ini tidak menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah, padahal dzikir tiada memberikan faedah tanpa Muroqobah.

Dan ketiga adalah Robithoh atau wasilah/wasithoh yaitu perantara. Metode Robithoh ini merupakan suatu metode yang terdekat untuk sampai kepada Allah (fana fillah) yang merupakan sumber munculnya keanehan-keanehan dan keganjilan -keganjilan. Karena dengan Dzikir saja , tanpa Robithoh dan tanpa lebur dalam diri syekh , ini tidak akan tersampaikan.

adapun bila hanya Robithoh saja dan disertai dengan memelihara etika persahabatan , ,maka hal ini sudah cukup untuk sampai kepada-Nya.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:
"artinya : dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri." (QS>Al-Kahfi :14).



https://santritqn37.blogspot.com/

Related Posts

Post a Comment