Hubungan pertemanan merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian penting dalam islam

Post a Comment

Syekh ibn A'thaillah assakandari berkata:
”Janganlah engkau berteman dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidak membimbingmu kejalan Allah ”.

Hubungan Pertemanan merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian penting dalam islam. Di dalam al Quran, al Hadits bahkan kitab para ulama salaf seperti ta'liimul muta 'allim banyak dibahas tentang tatacara memilih teman. Termasuk dalam al hikam hikmah ke 43 ini, syekh ibn 'Athaillah menjelaskan tentang pertemanan.

Menurut beliau, kita jangan bergaul terlalu dekat dengan orang yang memiliki 2 kategori

l. Sikapnya atau tingkahnya tidak mendorong kita kepada peningkatan ibadah, dakwah, bekerja dan hal positif lainnya. Kita malah terbawa malas.
2. Orang yang ucapannya tidak mendorong kepada melaksanakan tugas dari Allah.

Namun bukanlah kita harus membenci dan menjauhi orang yang memiliki kedua sifat di atas, tapi jangan terlalu dekat, sekedar kenal saja, sebab nanti kita akan terbawa jelek. Ditinjau dari sisi objek dakwah, mereka juga sama termasuk orang yang harus kita ajak kepada kebaikan.

Bukan pula kita harus mencari teman yang sempurna, tanpa cacat sama sekali, karena ini tidak mungkin, semua manusia ada kekurangan dan kelebihan. Sekurang-kurangnya orang kita jadikan teman sangat dekat adalah orang yang ilmunya, ibadahnya, semangat bekerjanya ada di atas kita, supaya kita tertulari kebaikan-kebaikannya.

Tentang pertemanan Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangan nya, seraya berkat,? Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul, kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-quran ketika al-quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia." (QS.Al-furqan :27-29).
Sabda baginda Nabi Saw:
" Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak,engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap". (HR.Bukhari).
 Keharusan memilih teman yang baik disebabkan karena pertemanan kita dengan seseorang akan mempengaruhi akhlak kita sendiri. Ketika kita buruk dalam satu hal, tapi karena bergaul dengan orang yang lebih buruk, maka kita akan jadi merasa baik.

Umpanya kita sholat dzuhur agak akhir, ini tidak baik. Tapi karena teman kita justru tidak sholat, atau shalatnya sering terlewat, maka pasti kita akan merasa lebih baik, dan lama-lama menganggap sholat akhir waktu jadi baik. Sebaliknya kalau kita berteman dengan orang yang selalu menjaga shalat awal waktu, maka di saat kita shalat akhir waktu karena malas, tentulah kita akan merasa malu dan bersalah.

Kalau arahnya sebatas untuk menimbulkan roja (harapan), tidak apa-apa melihat orang yang akhlaknya lebih buruk dibanding kita. Misalkan ketika kita sholat akhir waktu kita merasa menyesal dan putus asa, sehingga tidak ada keinginan untuk memperbaiki diri, maka untuk membangkitkan kembali semangat boleh melihat teman yang lebih jelek. Tapi kalau untuk melegalisir, bahwa sholat akhir waktu tidak jelek, nah ini yang tidak boleh. Bukan berarti kita belah bambu memilah-milah orang yang dijadikan teman, ini dalam rangka menjaga akhlak kita saja.

Wallahu a'lam

Related Posts

Post a Comment