Lalai (ghoflah) mengingat Allah lebih besar Bahayanya daripada masuk Neraka

Post a Comment


Syaikh Junaid ra. berkata, "Kesucian hati merupakan sifat suatu kaum yang terhindar dari kekeruhan ghoflah dari mengingat Alloh, karena lalai (ghoflah) mengingat Alloh lebih besar bahayanya daripada masuk neraka".

Dan juga lalai dari mengingat Allah itu akan melahirkan kekerasan hati. Sebagaimana Alloh Swt. berfirman dalam al-Qur'an:
" Maka celakalah bagi mereka yang keras hatinya dari mengingat Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata." (QS. Az-Zumar: 22).
Bersemayamnya penyakit ghoflah pada diri seseorang dikarenakan dia mengikuti kecendrungan hawa nafsunya dan juga mengikuti setan. Karena setan itu berjalan dalam jasad manusia melalui peredaran darah . Sebagai mana yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW:
Artinya: "Yang aku khawatirkan kepada kamu berdua adalah apabila adanya sesuatu yang dilemparkan ke dalam hatimu. Sesuatu yang di dalam hatimu itu adalah ghoflah dari mengingat Alloh, (HR. Bukhori. Muslim, Abu Daud, dari Anas. Shohih) 
Adapun kata ganti dalam hadits di atas menunjuk kepada dua orang sahabat, yaitu Abu Bakar dan Umar ra.

Imam al-Ahdlori ra. Berkata, ''Mungkin aku berjalan seperti orang bodoh, Menceramahi orang sementara aku bukanlah seseorang yang mengamalkan. Seperti ceramah kita kepada seorang yang ghoflah, bahwa dzikir adalah Pintu pembuka hadlroh."

Karena itu Imam Al-Ghozali ra. menyatakan, "Seseorang tidak akan pernah lepas dari aib atau penyakit hati, kecuali mereka para Nabi".

 Tiada Obat dan cara untuk menghilangkan penyakit hati itu
  (ghoflah) kecuali hanya dengan mendawamkan dzikir kepada Alloh SWT baik dzikir yang khofi ataupun yang jahar.

Rosululloh saw. bersabda: "dzikir merupakan nikmat dari Allah, tiada hari kecuali untuk Allah didalamnya„ yaitu dengan dzikir yang merupakan nikmat yang Alloh berikan kepada hamba-hamba-Nya. Tiada nikmat yang lebih utama yang diberikan Alloh kepada hamba-Nya selain mengilhamkan dzikrulloh kepada hamba-Nya itu."
 
Anugerah tertinggi dan teragung adalah anugerah dzikir. Orientasi anugerah ini dibagi kepada tiga kategori, yaitu:

Anugerah pertama, Dia menjadikanmu orang yang selalu berdzikir kepada-Nya. tidaklah patut seorang yang hina menyebut Tuannya yang Mulia. Padahal andaikan tidak ada karunia-Nya, niscaya tidak patut (layak) engkau berdzikir kepada-Nya dengan lisanmu.

 Anugerah kedua„ menjadikan engkau diingat oleh-Nya, sebagaimana engkau menyebut-Nya ketika kamu berdzikir. Alloh Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

Artinya: "Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku-pun ingat kepadamu. " (QS. Al-Baqarah; 152)

Oleh karena itu, jika kamu diingat di sisi-Nya disebabkan dzikirmu kepada-Nya, maka telah tetaplah ciri khasmu di sisi-Nya. Maka, anugerah apa lagi yang lebih agung dari ini.

Anugerah yang ketiga, Dia menjadikanmu selalu disebut di sisi-Nya, di hadapan para malaikat muqarrabin. Sebagaimana dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh bahwa Rosululloh saw. Bersabda:

Artinya: "Alloh berfrman':"keadaan-Ku tergantung sangkaan hambaKu kepada-Ku. Aku ada bersamanya jika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam dirinya, maka,aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam kelompok manusia yang banyak, Akupun akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik darinya” (HR. Bukhori, Muslim, Turmudzi, Nasa 'i, dan ibnu Madjah)
Wallahu a'lam

Related Posts

Post a Comment