SHALAT MERUPAKAN SARANA BERMUNAJAT SERTA SUMBER PENYUCIAN HATI

Post a Comment

Syekh ibn Attha illah Assakandari berkata dalam kitab Al-hikam hikmah ke 119 :
"Shalat merupakan sarana bermunajat serta sumber penyucian hati. Di dalam shalat terbentang luas medan rahasia Allah, dan muncul darinya kalau cahaya-Nya.
Allah tahu kelemahan dalam dirimu, maka Dia menyederhanakan jumlah shalatmu. Allah pun mengetahui kebutuhan pada anugrah-Nya, maka Dia melipat gandakan pahalanya (pahala shalat). "
Sering sebagian orang yang sedang belajar tarekat, karena menekankan bahwa sholat harus khusyu, maka keluar ungkapan, kalau tidak khusyu buat apa shalat?.

Bagi kita yang bodoh shalat laksanakan walaupun masih susah khusyu, agar tidak bertentangan dengan syariat, namun sekali-kali sediakan waktu untuk sholat belajar khusyu', bacaannya dinikmati, upayakan dzikir khofi dalam qalbu.

Shalat adalah tempatnya munajat (meminta tolong) kepada Alloh, sumber penyucian qalbu, ketika sholat ditegakkan maka akan menyebar energi positif, membuang energi-energi negatif akibat dosa zina, mencuri, riba dan lain-lain yang menghalangi antara bumi dan langit dibersihkan oleh ibadah sholat.

Alloh tahu kita lemah, maka Dia meringankan jumlah shalat dan melipatgandakan karunia yang diperoleh darinya.

Syekh ibn Attha illah berkata pada hikmah 120 kitab al-hikam:
"Apabila engkau menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal ibadah, maka pasti engkau pun akan dituntut untuk tulus dalam melakukannya. Dan bagi yang merasa ragu-ragu, cukuplah apabila ia telah selamat dari tuntutan. "

Jika salik menuntut imbalan dari amal ibadah yang dikerjakan maka Allah akan menuntut kesempurnaan dalam ibadah tersebut, padahal adanya keselamatan dari macam macam marabahaya sudah cukup untuk meyakinkan orang yang ragu bahwu Allah memberi limpahan atas amal ibadah.
Lihat juga link:
https://youtu.be/ktYB_1EOd3 bukankah banyak bahaya yang mengelilingi kita. Sebagai contoh ketika sedang tidur, siapa yang menjaga telinga, hidung kita dari dimasuki semut atau serangga Iain? Alloh yang menyelamatkan kita.

Syekh ibn attha illah berkata pada hikmah 121:
"Jangan menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal yang pelakunya bukan dirimu sendiri. Cukuplah balasan Allah bagimu, apabia Dia meneria amalan itu. "

Mayoritas manusia jika sudah melakukan amalan ibadah apapun jenis nya pasti mengharapkan adanya imbalan dari Allah, karena pada dasarnya memang itu diperbolehkan.Tapi menurut hikmah ini permohonan akan adanya imbalan dari Allah setelah melakukan amalan ibadah itu tidak layak dan tidak pantas, karena sebenarnya menurut hakikat, yg melakukannya,yg membuat manusia ibadah itu Allah, seperti halnya wayang bisa duduk, berdiri dan berlari itu karena digerakan oleh dalang. maka apakah layak jika manusia menuntut imbalan kepada Allah? sungguh tidak layak. Allah mau menerima amalan ibadah saja itu adalah imbalan yang agung.

Syekh ibn Attha illah assakandari berkata pada hikmah 122:
"Jika Allah berkehendak akan menampakkan limpahanfadol (karunia) Nya kepadamu, maka Allah menggerakan dirimu melakukan amalan-amalan yang baik dan Allah akan menisbatkan amal tersebut kepada kepadanıu. "
Ketika muncul sebuah ketaatan dari diri kita, maka sadarilah bahwa Alloh yang memunculkan keinginan dalam hati untuk melakukan ketaatan tersebut, kemudian Alloh pula yang memberi kita kekuatan untuk melakukannya. Maka ketaatan kita merupakan karunia dari-Nya. Dan Dia menisbatkan ketaatan tersebut kepada kita, sehingga kita dikenal dikalangan malaikat bahwa kita orang taat, malaikat pencatat amal baik pun mencatat ketaatan kita sebagai kebaikan milik kita. Padahal semuanya dari Alloh. bukankah itu sebuah karunia yang besar?

Wallahu a'lam...
Jangan lupa commen....


Related Posts

Post a Comment