Ketahuilah, bahwa wuquf qolbi adalah bertawajjuh kepadaNya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:
Artinya: "Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya), Iagi Maha Mengetahui. " (QS. Al-Baqarah: 115)Adapun bertawajjuh kepada hakikat ruh manusia adalah melalui hatinya, karena hati merupakan pintu masuk hakikat ruh manusia. Dan ruh manusia itu sendiri pertama kali berhubungan dengan badan melalui hatinya, dan setelah itupun ruh manusia yang terdapat di dalam badan itu bertindak melalui perantaraan hati.
Oleh karena itu, barangsiapa yang bertawajjuh kepada hakikat ruhnya melalui hatinya, maka ia akan mengetahui hakikat ruhnya itu dan dia akan mengenal dirinya sendiri dan terbuka baginya cahaya-cahaya dari dalam ruhnya dan terlihat pula keSempurnaan-kesempurnaan dirinya, dan pada saat yang bersamaan dia akan mengenal hakikat dirinya, dan pengenalan dirinya itulah yang akan mengantarkannya pada pengenalan terhadap Tuhannya (ma'rifatulloh), dan kemudian menyaksikan rahasia-rahasia ke-Esaan-Nya.
Barang siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka ia akan merasakan kebodohan dirinya. Sebagaimana Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra. mengatakan hal ini kepadaku, yang aku mendengarnya dengan khidmat.
Ali bin Abi Thalib kw. berkata: "Kalaulah bukan karena pendidikan dari Tuhanku tidaklah aku mengenal Tuhanku". Adapun adanya pendidik bathin ini (Allah) dihasilkan karena adanya pendidikan melalui pendidik dzohir, yaitu talqin. Pendidik dzohir ini mereka adalah para nabi, para wali, yang merupakan cahaya bagi jasad dan hati.
Rosulullah saw. mentalqin kalimat Thoyyibah ini berguna untuk mensucikan hati mereka, membersihkan jiwa mereka, menyampaikan mereka ke hadirat ketuhanan, dan memperoleh kebahagiaan yang suci (Syadad bin Aos, Thabrani, Ahmad Yusuf Kaurani).
Pensucian dan pembersihan hati melalui kalimat Thoyyibah dan melalui seluruh nama-nama ketuhanan, ini tidak akan berhasil kecuali apabila dzakir mengambil talqin dari seorang Syekh Mursyid yang berilmu, mengamalkan ilmunya, yang sempurna dan menyempurnakan, yang paham dan memahamkan, yang ia menyelami makna-makna Al-Quran dan makna yang terdalam darinya, dan menguasai ilmu syari'at, ahli dalam hadits dan sunnah, cerdas dalam ilmu aqidah, ilmu kalam dan lain sebagainya.
Post a Comment
Post a Comment